Hanya Dia [ Part 3 ]

Seminggu setelah kejadian di club , aku berusaha untuk mengingat kejadian 3 tahun yang lalu. Entah karena aku penasaran dengan Yan atau aku ingin mengingat bagaimana rasanya berciuman.

Umur ku sudah hampir 25tahun tapi baru kali ini aku sadar bahwa ciuman pun aku tak tahu bagaimana rasanya. Tapi tak ada sedikitpun ingatanku yang menyatu. Semua hanya sisa-sisa pahit kehilangan Dian dan ayah. 

Bagaimana kabar Dian , yah? Aku tak tahu harus kemana mencari nya . Ibu tidak mau memberitahukan ku dan tidak ada satupun kaki tangan orang tua ku yang mengetahui keberadaannya. 

Disaat aku bertanya mengenai Dian kepada ibu , dia hanya terdiam . Aku tak bisa memaksa nya untuk berbicara . Itu akan membuatnya semakin merasakan beban. Beban yang sama sekali aku tidak ketahui apa sebenarnya yang ada dipikiran ibu selama ini.

" Halo , son. Maaf baru aku telepon , nih . " Silvi bangkit dari tempat duduknya dan menikmati pandangan diluar jendela kaca .
" Sudah kamu pikirkan mengenai rencana liburan kita? "
Silvi terlihat kembali berpikir dengan keputusan yang baru dia buat tadinya sebelum menelepon Elson . Pertanyaan Elson membuat dia kembali bimbang . Tapi akhirnya Silvi pun menjawab , " Baiklah , kita berlibur bersama . Tapi gw gak bisa 1minggu , paling tidak 3 sampai 4 hari saja. Ada pekerjaan yang tak bisa ditunda lama . "
" Baiklah , 3 harian sudah cukup . Akan aku kabari pastinya kapan kita berangkat . "
" Aku tunggu kabar darimu . "

Silvi pun kembali duduk dan merebahkan badannya ke kursi . Tak lama Ibu nya mendadak masuk ke kantor nya . Silvi memastikan bahwa itu benar ibu nya , dan mulai berdiri menyapa.
" Ibu , kenapa mendadak datang  kemari ? " Ibu mulai duduk dan mendesah kecil , " Ada apa bu ? "
Silvi terlihat khawatir , ini pertama kalinya Ibu datang ke kantornya .
" Ibu hanya bosan dirumah . Apa kamu sibuk ? "Ibu mulai duduk , Silvi duduk bersebelahan dengannya .
Silvi tersenyum kecil , terlihat dari wajahnya yang lega karena akhirnya ibu bisa merasa bosan sendirian .
" Tidak kok , bu . Ibu ingin keluar jalan-jalan ? Aku punya banyak waktu , mungkin kita bisa pergi shopping bersama ? "
Ibu menatap Silvi dengan tatapan sedih dan juga kecewa . Dia kecewa karena sudah mengacuhkan anak pertamanya yang paling dia sayang selama bertahun-tahun .
" Ibu minta maaf , Vi . Kamu sekarang sudah dewasa , sudah berbeda dan ibu baru sadar hari ini . " Ibu meneteskan air matanya.
Silvi tersenyum dan mengenggam tangan ibunya , " Ibu ini gimana sih , tentu saja Silvi sudah dewasa . Hahaa , Kita ke mall , yuk ? " Ibunya mengangguk senyum dan membasuh air matanya dengan sapu tangan yang sudah dipegangnya sejak masuk ke kantor Silvi .

Selesai menemani ibu berbelanja , Aku dan Ibu meluangkan waktu untuk makan di sebuah restoran lokal . Ibu dulu sering kemari dan ibu ingin kembali lagi bernostalgia denganku disini .
" Ibu masih ingat dulu kamu selalu rewel kalau diajak kemari . " Ibu mulai merasa nyaman dan kembali seperti seorang ibu yang normal .
" Ah , ibu bisa aja . Aku sendiri nggak ingat , loh . "
Setelah memesan makanan dan minuman , ibu mulai terlihat serius . " Kamu sudah mempunyai kekasih ? "
Aku termasuk seorang yang pemalu , apalagi jika membahas hal seperti ini .
" Belum , bu . Belum aku pikirkan untuk berpacaran . "
" Kenapa ? Kamu sudah boleh mencari pasangan kamu , Vi . Ibu ingin melihat kamu menikah . "
Aku merasa tidak nyaman dengan percakapan ini , tapi ini hal yang wajar ibu sebagai orang tua ku bertanya dan meningingkan anaknya segera menikah . " Iya , bu . Tapi tidak secepat itu aku menikah . Mungkin masih lama , hmm... 5tahun lagi?? " Aku tertawa kecil , tapi ibu menatap ku dengan serius .
" Kalau bisa , tahun depan kamu segera menikah . Kalau tidak salah Elson , dia masih berhubungan dekat dengan kamu bukan ? Orang tua nya kadang ada menelepon ke rumah untuk mengobrol dengan ibu. "

Aku terkejut ketika ibu menganjurkan tahun depan menikah , apalagi mengenai orang tua Elson yang sering mengobrol dengan ibu . Sepertinya selalu ada rahasia di keluarga ku .

Silvi terdiam sejenak , dan mulai menjawab " Jadi , ibu dengan orang tua Elson sudah dekat yah ? " sambil memberi senyuman manis agar suasana tidak menengang . Ibu juga terlihat tersenyum , " Iya , vi . Elson kurang apa coba ? Dia tampan , baik lagi . Orang tua nya juga ramah . "

Aku hanya bisa tersenyum dan untungnya makanan pesanan kami telah tiba . Aku tidak perlu mengalihkan pembicaraan kami ke topik lain . " Ini enak tampaknya . " senyum aku .

********************************************************************************

Seminggu kemudian Elson menghampiriku di kantor , dia terlihat begitu rapi hari ini .
" Kamu rapi banget , mau kemana ? "
Elson bergaya , " Bilang saja aku tampan , itu lebih enak didengar . "
Kami berdua tertawa kecil , " Aku ada acara , teman ku baru tiba dari Singapore . Dia yang bakalan menemani kita nantinya . "
" Oh , kita tidak hanya berdua ? " Maksud aku , itu lebih bagus .
" Jadi kamu hanya ingin berdua ? " Elson mulai menggoda ku .
" Enggak , lebih ramai lebih bagus . Soalnya aku canggung kalau hanya kita berdua . "
" Tidak ramai , hanya berempat . Dia dengan pacarnya . "
"  It's okay " Silvi membereskan meja kerja nya
" Aku antar pulang , yah ? Pas banget acara nya dekat dengan rumah mu . Aku antar kamu pulang dan menunggu mu siap lalu kita pergi bersama . "
Silvi terhenti , " Kamu mengajakku ke sebuah acara yang aku sama sekali tidak kenal satu pun teman mu , lagi . Dan kenapa sih selalu mendadak ??? " lalu melanjutkan kembali mengambil berkas-berkas yang belum kelar dibacanya untuk dilanjutkan dirumah .
" Ayolah , setidaknya ada bagusnya kalian berkenalan terlebih dahulu sebelum kita berlibur . Biarkan teman ku yang lain , anggap saja tidak ada . Anggap saja hanya kita berempat sebelum berlibur saling mengenal . "
Aku tidak bisa menerima ajakkannya , " Maaf , Son . Malam ini aku dan ibu punya acara berdua dirumah . "
" Loh , tumben . "
" Iya , Ibu akhir-akhir ini sudah mulai terbuka . Mungkin merasa kesepian , aku nggak mau melewati kesemmpatan seperti ini . " Silvi pun siap untuk pulang .
" Baiklah "
Elson mengikuti Silvi keluar dair kantor dan menjemputnya pulang ke rumah .

Sesampainya di rumah
" Makasih yah .. Aku masuk dulu . "
" Vi ... " Elson meraih lengan Silvi . " Ya ? "
" Titip salam kepada Ibumu . " Silvi tersenyum mengangguk , lalu masuk ke dalam rumah .

Ternyata Ibu nya sudah memergoki Silvi dari dalam rumah , " Kenapa nggak kamu ajak dia masuk ? "
" Ibu ! " Silvi terkejut , " Kenapa berdiri disana sih , bikin aku terkejut saja . Dia ada acara dengan teman-temannya . "
" Oh ya , ibu sudah masak makanan kesukaan kamu . Cepat pergi mandi , gih . Ibu siapin makan malamnya . "
" Oke , Bu ! "

Malam ini Ibu semakin terlihat berbeda semenjak minggu lalu , aku begitu senang akhirnya Ibu mulai terbuka . Sepertinya pelan-pelan kehidupanku mulai berubah . Apakah aku juga akan jatuh cinta ? Entah mengapa sekarang aku mulai berpikir mengenai hubungan percintaan . Tapi , aku lebih banyak berpikir mengenai Dian . Akankah Ibu bercerita mengenai dia jika aku tanyakan nanti ?

Sebelum aku tidur Elson menelepon .
" Vi , lusa kita berangkat , yah . "
" Apa ???? Lusa ???? Kamu nggak salah ? "
" Kenapa ? Kamu nggak bisa ? "
" Terlalu mendadak , kamu ini . Hmmmm ... "
" Kamu tidak sesibuk yang aku tau deh , Vi . Aku tau kamu bisa , hanya tidak siap saja . Bener kan ? "
Elson selalu tau sifat ku . " Oke lah , lusa . Oke nggak masalah . "
" Wah , Silvi sekarang sudah banyak perubahan yah . Oh ya ! Kita hanya bertiga , teman ku tidak jadi membawa pacarnya . "
" Kenapa pacarnya ? Mereka marahan ? "
" Enggak , biasalah . Temen aku rada playboy . Hahaaa , Yan memang selalu seperti itu . "
" Yan ? "
" Ya ? Oh , iya nama panggilan teman ku . Eh , Vi .. Aku harus pergi dulu , sekarang aku masih di pesta . Bye . "

Silvi terlihat senang dan juga bingung .
Apakah dia Yan yang barusan aku jumpai ?

********************************************************************************

KLIK --> PART 4

Post a Comment

0 Comments