Without [Part 6 ]

2 minggu sebelumnya..

Sebuah perusahaan yang besar, terkenal, berkualitas, dan juga terkesan mewah. Aku berada di sini. Di perusahaan besar, ayah dari tunanganku.

Wilhel menaiki lift, dengan bantuan salah seorang sekretaris. Sesampainya di lantai 5, Wilhel di antarkan ke sebuah kantor.
Pria setengah baya menduduki sebuah kursi elegan. Wilhel di persilakan duduk, sekretaris tersebut membungkuk, lalu segera keluar dari ruangan.
" Wilhel.., selamat datang di kantorku. "
" Aku meluangkan waktu ku, hanya karena hal ini menyangkut Novi. "
" Baiklah., mungkin lebih baik aku memberitahumu maksud ku mengundangmu. "
Wilhel mengangguk kecil. " Lebih cepat lebih baik. "
" Aku ingin menawarkan kamu, sebuah bisnis kecil. "
Wilhel menyipitkan matanya, " Bisnis kecil..? "
" Iya. "
" Bagaimana,.. kalau aku menolaknya..? "
" Oh, itu tidak mungkin, karena kamu tidak mungkin menghancurkan impian2 Novi, hanya karena menolak bisnis ini. "

--

Apartemen Novi dan Wilhel

" Aku akan menunggu keputusanmu dalam jangka waktu 3 hari. Kalau lewat dari itu, kamu masih belum memberitahukan keputusanmu, akan di anggap kamu menolaknya. "
Novi memperhatikan Wilhel sejenak. Wiilhel merasakan tatapan Novi yang semakin tajam.
" Aah., maaf. Aku hanya sedang banyak pikiran. "
Novi menangkat alisnya. " Oh, ku kira kamu sedang sakit. "
" Tidak. Maaf. Aku hanya butuh udara segar. Mau keluar? "
" Mungkin itu, ide yang bagus. "

--

Sebuah cafe kecil.

" Dulu kita sering ke sini, sebelum semuanya berubah. " Novi meneguk minumannya, jus lime.
" Yah., aku ingat. " Wilhel merangkul bahu Novi.
" Kamu, sedang ada masalah? "
" Yah.... "
Novi menyiipitkan matanya, " Yah? "
" Oh, tidak. Tidak, bukan masalah. Hanya saja, kerjaanku. Mungkin terlalu capek. Kamu tahu kan, seberapa capek menghafalkan dialog2 hanya dalam 2 jam? " Novi tertawa kecil.
" Iya, aku tahu. Mungkin malam ini, aku bisa menghilangkan kecapekan kamu. "
Wilhel tersenyum, menatap Novi. " Maksud kamu.., malam ini kamu mau menemani aku? Tidur di sampingku? "
" Yah., seperti biasa, hehe. "
" Haha, dasar. "

--

Paginya, di sebuah lokasi syuting.

" Wil, bagaimana kabar Novi? Udah lama gak di ajak main ke lokasi? " Griseldia, manajerku dan juga adik kesayanganku.
" Dia sibuk, kita berdua sama sibuknya. Aku sibuk syuting, dia sibuk dengan pemotretannya. "
" Hm.., sepertinya.., wajah kamu pucat. " Grisel memperhatikan wajah Wilhel, lalu menawarkan sebotol air mineral. " Ah, terima kasih. " Menerima botol air nya, lalu meneguk perlahan. " Aku baik2 saja. "
" Perlu istirahat? Aku bisa mengaturkan jadwalnya untukmu. "
" Oh, tidak usah. Aku tahu kapan2 aku butuh istirahat. Terima kasih. "

--

" Halo. Dengan sekretaris Pak Viel? " Dengan gugup, Wilhel memberanikan diri, untuk memberkan keputusannya.
" Ya, apakah anda tuan Wilhel? "
" Iya, saya sendiri. Pak Vielnya ada? "
" Sebentar. "
Wilhel mengetuk2 jendela mobilnya dengan jari nya karena gugup..,tiba2 terdengar suara dari seberang.
" Ya, Wilhel. Akhirnya kamu menelponku juga. "
" Yah, aku sudah siap memutuskan tawaran anda. "
" Hm.. " Pak Viel, menunggu jawaban Wilhel.
" Aku.., menerima tawaran anda. Tapi, dengan satu syarat. "

--

Di rumah Griseldia.

" Kak Wilhel? Kenapa malam2 begini datang? " Grisel berdiri membukakan pintu untuk Wilhel.
" Aku butuh kamu, untuk menjaga Novi sementara. Bisa kan? " Wilhel mencekam erat kedua lengan Grisel.
" Kenapa?? "
" Aku.., "
" Kenapa??? Ceritakan Kak.. "
Wilhel berjalan menuju ruang tamu., Grisel mengikuti.
" Aku tidak tahu apa yang sedang aku lakukan, tapi ini demi kebaikkan Novi. Beberapa hari yang lalu, aku di undang oleh ayahnya. "
" Ayahnya Novi? "
wilhel mengangguk." Dia menawarkanku suatu bisnis. Novi curiga, " bisnis? "
" Yah, bisnis. Dia menyuruhku mencari ayah kandung Novi yang sebenarnya, lalu.., "
" Ayah kandungnya ? bukankah Pak Viel, memang ayah kandungnya? "
" Bukan... "
" Lalu..? Apa yang akan dilakukan setelah kamu menemukannya? "
" Aku., di suruh membunuhnya.. "
Mata Grisel terbelalak. " Tidak! Kamu nggak boleh melakukan itu! Atas dasar apa dia beraninya membunuh ayah kandung Novi?! "
" Dia mengancamku., aku tidak bisa menolaknya. Mungkin lebih baik., aku menerimanya ketimbang novi yang harus menerima kesialan ini. "
" Tapi,... "
" Tenang saja, aku tidak melakukannya sendirian, ada beberapa orang yang membantuku. "
" Novi harus tahu tentang ini! " Grisel mencari telepon, berniat menelpon Novi.
Sebelum Grisel mengapai telepon, Wilhel mencengkram tangan Grisel, " Novi tidak boleh tahu soal ini, sebelum aku melakukannya. Mengerti? " Grisel terlihat pucat, dia ketakutan. Dengan terpaksa Grisel menurung niatnya.
" Aku akan berpura2 menjauhi Novi. hal itu akan membuatnya membenci ku sementara waktu. "
Wilhel membereskan beberapa barang yang pernah dia tinggalkan di sana. " bagaimana kalau dia membencimu selamanya? "
Wilhel terhenti sejenak.., lalu melanjutkan yang sedang dia lakukan.
Lalu keluar dari rumah dan segera meninggalkan tempat itu.

Post a Comment

1 Comments