Disaat aku berumur 16 tahun , ibu dan ayah sudah jarang meluangkan waktu bersama. Padahal dimasa-masa remaja itulah kami lebih membutuhkan arahan terbaik dari kedua orang tua kami . Hingga akhirnya adikku , Dian 15 tahun , mulai terjerat dengan pemakaian narkoba . Aku sangat dekat dengan adikku , tapi dia mulai berubah sejak orang tua kami jarang pulang ke rumah karena sibuk bekerja . Kami hidup berkecukupan , lebih dari cukup . Tapi kebahagiaan pudar ketika kebersamaan kami merenggang.
Sampai akhirnya adikku ditangkap oleh pihak yang berwajib , ayahku sungguh panik dan marah besar . Pada akhirnya Dian melakukan terapi selama 1tahun dan setelah itu , dia dipaksa untuk melanjutkan sekolahnya di luar negeri.
Aku tidak tahu mengenai rencana orangtua ku membawa Dian ke negara lain , aku histeris dan marah terhadap mereka . Karena hanya dia satu-satunya yang aku miliki . Aku tidak bergaul dengan siapapun di sekolah , apalagi semenjak kasus adikku , semua teman yang aku kenal mulai menjauhiku.
*********************************************************************************
7tahun telah berlalu . Semua telah berubah , sejak kepergian Dian . Aku sangat merindukkannya , dia selalu bercanda denganku . Selalu ada disaat aku senang maupun sedih .
" Maaf , neng Silvi . Apakah hari ini ada jadwal dadakan ? " Edo , supir pribadiku. Dia sudah bekerja lama dengan keluargaku . Walau umur nya sudah memasuki 60tahun , tapi masih sehat dan ingatannya tidak bisa ditandingi dengan pekerja lainnya .
" Oh , tidak ada kok , Pak . Bapak mau pulang cepat yah? "
" Iya , neng . Cucu saya datang jauh-jauh mampir untuk makan malam dirumah bersama . "
" Bapak bawa saja mobilnya , besok langsung ke kantor saja yah ? "
" Oh , begitu neng? Oke , makasih yah neng . Bapak pamitan dulu . "
" Iya , pak . Hati-hati dijalan , yah . "
Raut muka Bapak Edo begitu ceria , jauh beda denganku . Aku yang masih muda , memiliki segalanya , tapi selalu merasakan kesepian . Ayahku sudah meninggal karena kanker yang diderita nya semenjak aku umur 16 tahun .
Dan itu aku ketahui disaat hari ayah pergi .
Ibu mulai bercerita banyak , kenapa mereka jarang pulang dan tidak lagi meluangkan waktu nya untuk kami seperti dulu lagi. Mereka kerja begitu keras , agar dapat memberikan kami biaya hidup yang cukup bahkan lebih . Tidak ingin kami sakit seperti ayah .
Semenjak ayah meninggal , ibu tidak banyak berubah . Jarang bercerita lagi dan juga lebih senang menyendiri . Saat ini ibu tidak lagi bekerja , akulah yang menjadi pewaris perusahaan yang mereka bangun dari nol .
Waktu mulai menunjuk ke arah jam 8 malam , aku masih betah di kantor . Setidaknya aku tidak melihat keadaan ibu yang begitu pendiam disini .
*nada dering hp*
Wajah tampan menerangi layar handphone ku. " Halo , son . "
" Kamu masih di kantor ? "
" Iya , kenapa ? "
" Aku jemput , yah ? "
Aku sudah menduga dia bakalan menelepon ku dan berniat menjemputku . Karena hari ini adalah malam jumat . Pak Edo juga membawa mobilku , tanpa pikir panjang aku meng-iyakan ajakannya .
Elson teman satu kuliah ku dulu . Dia lah yang mulai mendekati ku sejak pertama kali kuliah , umur kami sama . Tak banyak yang aku ceritakan ke dia . Bahkan tidak mengenai Dian . Aku tidak mau lagi kehilangan teman hanya karena masalah kelam Dian . Biarlah aku menjadi siapa yang dia kenal .
Walau kami dekat , aku pernah menolaknya mengajakku menjadi kekasihnya. Aku tidak siap , hingga saat ini.
Sekarang dia masih sendiri , katanya sih belum menemukan penggantiku. Aku hanya tertawa jika dia berkata demikian.
Tapi tatapan mata nya selalu menandakkan bahwa dia serius mencintai aku.
Hanya saja aku tidak bisa , aku tak sanggup merasakan kehilangan berkali-kali.
Elson sudah tiba dan kami pun segera memutuskan untuk makan malam bersama disebuah cafe yang tak jauh dari rumahku.
Selama perjalanan menuju ke cafe , tak banyak yang kami bicarakan.
" Bagaimana dengan pekerjaan kamu? "
" Semua lancar , kamu sendiri ? "
Elson tersenyum manis , " Aku ingin mengajakmu berlibur , kamu bisa meluangkan waktu ? Hmm , kira-kira 1minggu saja . "
7tahun aku mengenalnya , dia tidak pernah mengajakku berlibur .
" Kita ke Singapura , saja . Nggak jauh-jauh kok. Bagaimana? "
Aku tidak langsung menjawab , " Kalau kamu mau pikir-pikir dulu nggak apa-apa. Kabarin aku saja , kalau bisa dalam waktu dekat . Bulan depan kita bisa berangkat. "
" Oke , minggu depan aku kabarin. "
Elson tersenyum manis.
Sesampai kami di cafe , obrolan selama makan juga tidak menengangkan seperti dimobil tadi. Aku selalu berusaha untuk menjaga jarak dengannya. Tak ingin dia terlalu berharap , tapi tak ingin juga dia pergi meninggalkanku.
*********************************************************************************
KLIK --> PART 2
KLIK --> PART 2
0 Comments