" Tidak, dia hanyalah sahabat-ku. " Aku berbohong.
" Yah, mungkin terlihat seperti itu. Hal2 itu sangat kasat mata. Aku mengenalmu dari kecil,Roe. Aku tahu apa yang elo sembunyiin. Mungkin lebih baik, elo pulang ke Medan segera. Aku rasa dia membutuhkanmu. "
Aku menggeleng2kan kepala. " Itu bukan sugesti yang bagus. Aku tidak berhak mencampuri urusannya. "
" Yah, itu hanya sebuah pilihan. Tapi, aku rasa dia sangat mengharapkanmu saat ini. "
Semakin takut dia kenapa2, aku meraih ponsel-ku. Mencoba untuk mengirimkan pesan singkat.
" Kamu SMS dia? "
" Yah, hari ini hari penting bagi dia. Mungkin dia sedang tidak ingin di telpon. "
semenit, dua menit..
" Tidak ada balasan? "
Hp-ku bergetar. Dia menelpon.
" Halo, Novi kenapa menelpon? "
" Hkz... " Tidak seharusnya aku mendengarkan tangisannya. Ini bisa membuatku semakin lemah.
" Today is a bad day,rite? I hate this sound. "
" Hkz.., Hkz... " Dia butuh aku.
" Its okay. Aku temenin kamu malam ini. "
Malam yang melelahkan. Jam di kantor menunjukkan jam 5 pagi. Aku belum sempat pulang dari semalam. Tak kusangka dia begitu kesepian. Dia benar2 membutuhkan aku. Apa aku kesana saja? Mungkin itu bisa menjadikan sebuah obat bagi dia. Aku tahu dia butuh aku.
Tiba2 pintu terbuka, " Loh, masih di sini? Elo semalaman di sini? Gile.. "
" Mungkin usul-mu semalam itu bagus. "
Tampak senyuman terpampang di bibir sobat kecilku, Reiden.
" Baguslah! Bawa kemari kalau sudah mendapatkannya. Aku menunggu. "
Dia butuh aku.
0 Comments